Manusia yang sudah menjalani kehidupannya pada fase “dewasa” pasti
memiliki pemahaman dan konsep pencapaian dalam tujuan hidup yang realistis
dalam menikmati kehidupan. Banyak yang mampu mereka pikirkan, dari bagaimana
mereka menjalani kehidupannya melalui masa lalu, kemudian meneruskan
kehidupannya dimasa sekarang, hingga dimasa yang akan datang. Tugas dan
tuntutan pun semakin bertambah yaitu dibentuk dengan adanya gambaran atas
impian, cita-cita, keinginan dan pencapaiannya untuk masa depan. Tuntutan
tersebut berasal dari dalam diri dan lingkungan sosialnya. Setelah itu, setiap
orang pun pastinya menginginkan untuk menemukan seorang pasangan yang sesuai
dengan dirinya, kemudian menuju Pernikahan,
setelah itu memiliki sebuah keluarga baru selain orang tua yang telah merawat
sejak berada dalam fase prenatal hingga individu menjadi seorang yang mandiri,
bijaksana dan dewasa.
Pernikahan adalah, seorang
pria dengan seorang wanita bersatu dalam ikatan perkawinan untuk menatap masa
depan dengan menata kebahagiaan. Cinta adalah anugerah yang diterima setiap
kita manusia untuk dapat saling mengisi dan menjagai, dengan begitu kita bisa
menjalani kehidupan dengan hati yang penuh dengan perasaan yang berbunga-bunga.
Tanpa cinta pernikahan tidak menjadi sebuah anugerah, karena tak memahami
artinya menjagai dan menghargai pasangan dengan ketulusan hati. Pernikahan
merupakan awal dari sebuah kehidupan yang baru bersama pasangan, pernikahan
biasanya diikatkan dengan perjanjian pernikahan (biasanya dengan dasar aturan
agama dan adat istiadat) yang dilakukan sebagai ritual untuk menyatukan dan
men-sahkan pasangan untuk hidup bersama.
Setelah adanya Pernikahan, pastinya
setiap pasangan menginginkan seorang anak ditengah-tengah mereka. Pencapaian
itu salah satunya adalah dengan “beregenerasi” melalui Pernikahan untuk sebuah keluarga yang baru. Memiliki anak,
membesarkan anak hingga dewasa dengan curahan kasih sayang yang mereka miliki
beserta penuh dengan adanya tanggung jawab.
Namun, pernikahan bukanlah hal yang
sulit dan bukan pula hal yang mudah untuk dijalani. Mengapa demikian? Karena
selain kebahagiaan, banyak pula perkara dan kendala yang memang harus dihadapi
dengan mempertahankan komitmen sejak pernikahan berlangsung. Setiap orang pun
punya prinsip yang berbeda dalam menghadapi masalah, memiliki cara yang berbeda
pula dalam mengatasi pertentangan. Naaah, jika keutuhan komitmen tersebut tidak
dapat dipertahankan, makaaa.. pilihan yang biasanya dipilih oleh pasangan yaitu,
antara perceraian atau “kembali rujuk”.
Terlalu “simple” memang jika dengan
pernyataan perceraian atau rujuk, karena pernikahan bukanlah hal yang “simple”
melainkan hal yang“kompleks”.
Kemudian, pernikahan memang dapat berlangsung dengan berbagai
alasan. Dari mereka memang saling
mencintai, berkomitmen, dan memutuskan dengan sungguh untuk menempuh kehidupan
baru melalui pernikahan dengan membentuk keluarga, hingga seperti kasus-kasus
yang sering terdengar di nikahi tanpa adanya komitmen dengan kesungguhan tanpa
berlandaskan keputusan yang sungguh-sungguh dibuat oleh masing-masing pihak.
Contohnya pernikahan yang tanpa
didasari komitmen dan kesungguhan:
Adanya kasus “MBA” yang terjadi
sehingga dilakukan pernikahan sebagai alasan untuk pertanggungjawaban. Hal ini
merupakan satu dari banyaknya alasan terjadi pernikahan tanpa mendasari adanya
komitmen, tanpa adanya ketulusan rasa sayang dan mencintai, hingga tanpa adanya
kesungguhan dalam menjalani kehidupan dengan harmonisasi sebuah keluarga.
Perceraian biasanya diajukan oleh salah satu
pihak dari suami atau istri, ada pun faktor yang membuat terjadinya perceraian
dalam sebuah pernikahan karena faktor keputusan yang mereka anggap sesuai untuk
keadaan mereka selanjutnya.
Faktor yang mempengaruhi adanya perceraian ialah, karena usia pasangan
yang masih terlalu muda seperti misalnya pernikahan pasangan remaja, kemudian
adanya perbedaan RAS antar pasangan yang menjadi kendala dalam hubungan
pernikahan, lalu adanya tingkat kontribusi antara satu sama lain mengenai
pemenuhan kebutuhan secara ekonomi, selanjutnya adanya perbedaan profesi si
istri yang lebih tinggi di banding suami yang menyebabkan timbulnya konflik
dengan berbagai alasan.
Menurut saya, perceraian terjadi bukanlah hal yang mudah untuk menjalaninya
jika dalam sebuah pernikahan telah dihadiri seorang anak. Banyak kendala yang
akan dialami si anak bila mengetahui bahwa ibu berpisah dengan ayah, hal ini
dapat memberikan dampak yang kurang baik dalam perkembangannya. Kendala secara
psikologis melalui bagaimana sang anak akan menghadapi dunianya melalui
pengaruh sosial yang akan ditemuinya di masa-masa perkembangan.
Setiap manusia menginginkan untuk
dapat meraih cinta dan cita sesuai harapannya, namun terkadang kita kurang
menyadari bahwa kehidupan kita ini adalah sebagai pemberian yang harus
disyukuri. Rasa syukur yang membuat kita menjadi seorang yang mau menghargai,
mencintai, memperdulikan serta bertanggung jawab.
sekian ulasan ini saya sampaikan, mohon maaf jika ada salah kata dan semoga bermanfaat. terima kasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar