kehidupan ini memang indah bila kita saling mengisi kekosongan, menguatkan, mengasihi, dan memberi untuk saling melengkapi. heemmm.. indahnya :)
Manusia
yang sudah menjalani kehidupannya pada fase “dewasa” pasti memiliki pemahaman
dan konsep pencapaian dalam tujuan hidup yang realistis dalam menikmati
kehidupan. Banyak yang mampu mereka pikirkan, dari bagaimana mereka menjalani
kehidupannya melalui masa lalu, kemudian meneruskan kehidupannya dimasa sekarang,
hingga dimasa yang akan datang. Tugas dan tuntutan pun semakin bertambah yaitu
dibentuk dengan adanya gambaran atas impian, cita-cita, keinginan dan
pencapaiannya untuk masa depan. Tuntutan tersebut berasal dari dalam diri dan
lingkungan sosialnya. Setelah itu, setiap orang pun pastinya menginginkan untuk
menemukan seorang pasangan yang sesuai dengan dirinya, kemudian menuju Pernikahan, setelah itu memiliki sebuah
keluarga baru selain orang tua yang telah merawat sejak berada dalam fase
prenatal (dalam kandungan) hingga individu menjadi seorang yang mandiri, bijaksana dan dewasa.
Pernikahan juga menyatukan
pasangan seorang laki-laki dan perempuan bersatu dalam ikatan perkawinan,
menatap masa depan, menata kebahagiaan. Keinginan setiap pasangan ialah hidup
bersama-sama hingga maut yang memisahkan mereka, indahnya hidup bila menikmati
dengan penuh cinta dan cita yang dilalui bersama orang-orang terkasih didunia
ini.. heemm..
Pernikahan merupakan awal dari sebuah kehidupan
yang baru bersama pasangan, pernikahan biasanya diikatkan dengan perjanjian pernikahan
(biasanya dengan dasar aturan agama dan adat istiadat) yang dilakukan sebagai
ritual untuk menyatukan dan men-sahkan pasangan untuk hidup bersama.
Setelah adanya Pernikahan, pastinya
setiap pasangan menginginkan seorang anak ditengah-tengah mereka. Pencapaian itu
salah satunya adalah dengan “beregenerasi” melalui Pernikahan untuk sebuah keluarga yang baru. Memiliki anak, membesarkan
anak hingga dewasa dengan curahan kasih sayang yang mereka miliki beserta penuh
dengan adanya tanggung jawab.
Namun, pernikahan bukanlah hal yang
sulit dan bukan pula hal yang mudah untuk dijalani. Mengapa demikian? Karena selain
kebahagiaan, banyak pula perkara dan kendala yang memang harus dihadapi dengan
mempertahankan komitmen sejak pernikahan berlangsung. Setiap orang pun punya
prinsip yang berbeda dalam menghadapi masalah, memiliki cara yang berbeda pula
dalam mengatasi pertentangan. Naaah, jika keutuhan komitmen tersebut tidak
dapat dipertahankan, makaaa.. pilihan yang biasanya dipilih oleh pasangan yaitu,
antara perceraian atau “kembali rujuk”.
Terlalu “simple” memang jika dengan
pernyataan perceraian atau rujuk, karena pernikahan bukanlah hal yang “simple”
melainkan hal yang“kompleks”.
Kemudian, pernikahan memang dapat berlangsung dengan berbagai alasan. Dari mereka memang saling mencintai,
berkomitmen, dan memutuskan dengan sungguh untuk menempuh kehidupan baru
melalui pernikahan dengan membentuk keluarga, hingga seperti kasus-kasus yang
sering terdengar di nikahi tanpa adanya komitmen dengan kesungguhan tanpa
berlandaskan keputusan yang sungguh-sungguh dibuat oleh masing-masing pihak.
Contohnya pernikahan yang tanpa
didasari komitmen dan kesungguhan:
Adanya kasus “MBA” yang terjadi
sehingga dilakukan pernikahan sebagai alasan untuk pertanggungjawaban. Hal ini
merupakan satu dari banyaknya alasan terjadi pernikahan tanpa mendasari adanya
komitmen, tanpa adanya ketulusan rasa sayang dan mencintai, hingga tanpa adanya
kesungguhan dalam menjalani kehidupan dengan harmonisasi sebuah keluarga.
Perceraian biasanya diajukan oleh salah satu
pihak dari suami atau istri, ada pun faktor yang membuat terjadinya perceraian
dalam sebuah pernikahan karena faktor keputusan yang mereka anggap sesuai untuk
keadaan mereka selanjutnya.
Faktor yang mempengaruhi adanya perceraian ialah, karena usia pasangan
yang masih terlalu muda seperti misalnya pernikahan pasangan remaja, kemudian
adanya perbedaan RAS antar pasangan yang menjadi kendala dalam hubungan
pernikahan, lalu adanya tingkat kontribusi antara satu sama lain mengenai
pemenuhan kebutuhan secara ekonomi, selanjutnya adanya perbedaan profesi si
istri yang lebih tinggi di banding suami yang menyebabkan timbulnya konflik
dengan berbagai alasan.
Menurut saya, perceraian terjadi bukanlah hal yang mudah untuk menjalaninya jika
dalam sebuah pernikahan telah dihadiri seorang anak. Banyak kendala yang akan
dialami si anak bila mengetahui bahwa ibu berpisah dengan ayah, hal ini dapat
memberikan dampak yang kurang baik dalam perkembangannya. Kendala secara
psikologis melalui bagaimana sang anak akan menghadapi dunianya melalui
pengaruh sosial yang akan ditemuinya di masa-masa perkembangan.
Sekian ulasan ini saya sampaikan,
semoga bermanfaat. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar