Rabu, 27 Maret 2013

Person's Social History


     Saat manusia lahir, hingga bertumbuh pasti memiliki riwayat sosial yang mencakup banyak aspek dalam kehidupannya. Setiap manusia memiliki riwayat sosial yang berbeda-beda, karena kehidupan sosial dibentuk dari lingkungan individu tersebut berada. Riwayat sosial atau social history memberikan gambaran mengenai kehidupan seseorang dalam menjalani kehidupan. Namun apa saja kah yang terkandung dalam riwayat sosial tersebut?
     Seseorang dengan riwayat sosial mampu mempengaruhi cara berfikir serta memaknai kehidupannya hingga masalah yang dihadapi di masa sekarang. Dari pembahasan yang di sampaikan mengenai social history pada kelas teknik wawancara di minggu lalu, terdapat materi yang cukup penting untuk diketahui bagi pewawancara mengenai bagaimana menjaring informasi atau mengumpulkan data yang dibutuhkan saat proses wawancara.
     Riwayat sosial menjadi aspek penting untuk mengetahui hal apa yang dialami dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi subyek ketika sedang menghadapi masalah. Oleh sebab itu, seorang pewawancara berperan penting dalam proses mengumpulkan dan mendapatkan informasi mengenai riwayat sosial individu hingga menemukan bagaimana cara individu menghadapi masalah serta pandangan individu dengan masalah yang dihadapinya.   
Adapun aspek social history yang perlu diketahui dan di temukan dalam proses wawancara kemudian dipergunakan dalam pengumpulan data yaitu, sebagai berikut:
Family of origin
     Setiap manusia yang telah terlahir ke dunia, secara alami menjadi anggota keluarga. Individu juga mengalami proses dalam menjalani kehidupan, riwayat sosial ini berhubungan dengan bagaimana individu dapat menerima pembelajaran mengenai kehidupan melalui keluarga, serta bertumbuh dalam pengembangan diri secara fisik dan psikologis melalui faktor lingkungan yang didapatkan individu. Dalam proses wawancara, hal yang perlu di gali adalah bagaimana individu dapat menyampaikan keadaan dirinya dalam sebuah keluarga, apakah terdapat kesenjangan yang dialami sehingga mempengaruhi adanya proses komunikasi antar anggota keluarga yang menjadi kurang baik, apakah masalah individu tersebut berhubungan dengan keadaan yang dihadapi keluarganya.
Extended family,
Berhubungan dengan bagaimana individu menjalin hubungan mencakup keluarga besar individu.
 Educational level attained
     Pendidikan menjadi bagian dari pembelajaran secara formal bagi setiap orang, dalam hal ini perkembangan individu didukung dengan penambahan ilmu pengetahuan yang di terima ketika pendidikan berlangsung dimulai sejak individu berada di Taman Kanak-kanak atau sekolah dasar hingga pendidikan tertingginya. Hal yang perlu di gali adalah bagaimana individu mendapatkan prestasi, mendapatkan bagaimana proses pembelajaran yang terjadi pada individu saat menyelesaikan masalah selama berada dalam ruang lingkup akademis. Aspek tersebut berhubungan pula dari bagaimana cara individu mampu bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan individu tersebut. Namun bukan hanya bagaimana individu dapat bersosialisasi, namun juga bagaimana cara dan proses individu meraih prestasi tersebut.
Occupational training/ job history
     Dalam hal ini pewawancara menggali bagaimana individu dengan kegiatannya, yaitu melalui pekerjaan atau hal yang menjadi aktivitas formal dalam kehidupannya. Adapun jenis pertanyaan tidaklah dengan “apa pekerjaan anda saat ini?” melainkan “apa kesibukan anda saat ini?” mengapa penyampaiannya seperti itu? Karena hal ini menjadi bagian yang sensitif ketika misalnya pewawancara bertemu dengan seseorang yang memang sedang tidak bekerja diusia yang seharusnya sudah siap memiliki penghasilan atau pekerjaan.
Marital (significant other) history
     Selain Occupational training/ job history menjadi topik yang sensitif, Marital history pun menjadi pembahasan yang sensitif juga. Martial history perlu karena memberikan informasi mengenai bagaimana individu mampu terlihat baik atau belum dalam riwayat sosial. Namun, walau bagaimanapun informasi mengenai status individu perlu diketahui dan di tanyakan dengan penyampaian yang sesuai dan dapat diterima oleh individu. Selain itu, individu juga perlu menjelaskan pandangannya mengenai statusnya saat ini.
Interpersonal relationship history/ Social network
Sedangkan hal mengenai interpersonal adalah, bagaimana seseorang dapat menjalin hubungan dengan orang lain, bagaimana individu menciptakan suatu hubungan dan menjadikan bagian tersebut mampu meningkatkan kemampuan seseorang terhadap lingkungan.
Recreational preferences/ Leisure activities
     “Di dunia ini siapa sih yang mau menjalani aktivitas dengan rasa jenuh dan dan lain sebagainya?.” Setiap individu membutuhkan rekreasi, hal ini terjadi baisanya setelah seseorang merasa jenuh dalam aktivitasnya. Rekreasi bertujuan positif dan memiliki dampak yang baik untuk menanggulangi adanya stres yang di alami dalam lingkungan kerja, keluarga dll.
Sexual history
     Hal ini menjadi topik pertanyaan yang sama sensitifnya dengan martial history, yang kita ketahui pun bahwa ketika seseorang mendengarkan kata “sex” sebagian besar memang mempersepsikan kearah yang cukup pribadi. Dengan demikian hal ini sangat menjadi sensitif namun butuh di gali sedikit mengenai dirinya dan ketertarikan terhadap orang lain.
Medical history – including significant family medical history
     Sedangkan topik ini, mencari serta menggali informasi mengenai riwayat penyakit yang dimiliki individu maupun keluarga. Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh faktor genetik pada penyakit bawaan.
Psychiatric/ psychotherapy history
     Pada bagian ini, pewawancara mengenai ada atau tidaknya pengalaman individu mengenai kasus klinis yang pernah dialami, serta pengobatan atau penanganan apa yang pernah dilakukan individu sebelumnya.  
Legal history
Topik ini berhubungan dengan hukum dan adanya peraturan yang dibuat negara, pembahasan yang diangkat adalah apakah individu pernah ada keterkaitan dengan proses hukum atau tidak. Selain itu apakah individu memiliki karakter patologis dalam menghadapi kesesuaian atau masalah dalam hukum atau tidak.
Alcohol and substance abuse
     Dalam hal ini, perlu dicari tahu adakah ketergantungan individu terhadap minuman keras seperti alkohol yang dikonsumsi atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah ada pengaruh alkohol yang dikonsumsi dengan individu dalam menghadapi masalah.
Nicotine and caffeine consumption
     Berhubungan dengan adanya pertanyaan mengenai ketergantungan individu dengan kopi ataupun rokok yang dilakukan secara rutin atau tidak, perlu dibahas dalam proses wawancara. Pewawancara harus menggali informasi mengenai hal ini, karena dapat memberikan data mengenai bentuk masalah serta dampak yang akan terjadi bagi individu.
Current living situation
Hal ini menjadi topik wawancara yang bertujuan untuk mengetahui apa yang terjadi serta hal apa yang dihadapi individu dalam keadaan atau situasi tempat tinggal individu.
Source of support
     Setiap manusia menjadi hal yang membangun ketika menerima dukungan yang positif dari orang lain atau bisa dikatakan lingkungan sekitar. Maka hal ini juga perlu menjadi bagian yang perlu diketahui melalui wawancara mengenai bagaimana cara orang lain memberikan dukungan serta bagaimana individu menanggapi dukungan tersebut.
Religion
     Suatu keyakinan seseorang pada agama yang ada menjadi pegangan bagi sebagian besar manusia di dunia ini dengan bermacam-macam agama. Dalam hal ini yang perlu diketahui adalah, bagaimana hubungan individu dengan religiusitas.

Yang pasti, saat pewawancara ingin menerapkan beberapa topik pertanyaan, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah membina rapport dengan baik. Dengan demikian kesekian topik mengenai social history mendapatkan hasil yang sesuai dan bagian-bagian yang ingin di gali dapat terealisasikan dengan baik.
Sekian pembahasan ini saya uraikan, terimakasih J

Rabu, 20 Maret 2013

Pertemuan atau Perpisahan?


     kehidupan ini memang indah bila kita saling mengisi kekosongan, menguatkan, mengasihi, dan memberi untuk saling melengkapi. heemmm.. indahnya :)
     Manusia yang sudah menjalani kehidupannya pada fase “dewasa” pasti memiliki pemahaman dan konsep pencapaian dalam tujuan hidup yang realistis dalam menikmati kehidupan. Banyak yang mampu mereka pikirkan, dari bagaimana mereka menjalani kehidupannya melalui masa lalu, kemudian meneruskan kehidupannya dimasa sekarang, hingga dimasa yang akan datang. Tugas dan tuntutan pun semakin bertambah yaitu dibentuk dengan adanya gambaran atas impian, cita-cita, keinginan dan pencapaiannya untuk masa depan. Tuntutan tersebut berasal dari dalam diri dan lingkungan sosialnya. Setelah itu, setiap orang pun pastinya menginginkan untuk menemukan seorang pasangan yang sesuai dengan dirinya, kemudian menuju Pernikahan, setelah itu memiliki sebuah keluarga baru selain orang tua yang telah merawat sejak berada dalam fase prenatal (dalam kandungan) hingga individu menjadi seorang yang mandiri, bijaksana dan dewasa.
     Pernikahan juga menyatukan pasangan seorang laki-laki dan perempuan bersatu dalam ikatan perkawinan, menatap masa depan, menata kebahagiaan. Keinginan setiap pasangan ialah hidup bersama-sama hingga maut yang memisahkan mereka, indahnya hidup bila menikmati dengan penuh cinta dan cita yang dilalui bersama orang-orang terkasih didunia ini.. heemm..  
Pernikahan merupakan awal dari sebuah kehidupan yang baru bersama pasangan, pernikahan biasanya diikatkan dengan perjanjian pernikahan (biasanya dengan dasar aturan agama dan adat istiadat) yang dilakukan sebagai ritual untuk menyatukan dan men-sahkan pasangan untuk hidup bersama.
     Setelah adanya Pernikahan, pastinya setiap pasangan menginginkan seorang anak ditengah-tengah mereka. Pencapaian itu salah satunya adalah dengan “beregenerasi” melalui Pernikahan untuk sebuah keluarga yang baru. Memiliki anak, membesarkan anak hingga dewasa dengan curahan kasih sayang yang mereka miliki beserta penuh dengan adanya tanggung jawab.      
Namun, pernikahan bukanlah hal yang sulit dan bukan pula hal yang mudah untuk dijalani. Mengapa demikian? Karena selain kebahagiaan, banyak pula perkara dan kendala yang memang harus dihadapi dengan mempertahankan komitmen sejak pernikahan berlangsung. Setiap orang pun punya prinsip yang berbeda dalam menghadapi masalah, memiliki cara yang berbeda pula dalam mengatasi pertentangan. Naaah, jika keutuhan komitmen tersebut tidak dapat dipertahankan, makaaa.. pilihan yang biasanya dipilih oleh pasangan yaitu, antara perceraian atau “kembali rujuk”.
Terlalu “simple” memang jika dengan pernyataan perceraian atau rujuk, karena pernikahan bukanlah hal yang “simple” melainkan hal yang“kompleks”.
     Kemudian, pernikahan memang dapat berlangsung dengan berbagai alasan.  Dari mereka memang saling mencintai, berkomitmen, dan memutuskan dengan sungguh untuk menempuh kehidupan baru melalui pernikahan dengan membentuk keluarga, hingga seperti kasus-kasus yang sering terdengar di nikahi tanpa adanya komitmen dengan kesungguhan tanpa berlandaskan keputusan yang sungguh-sungguh dibuat oleh masing-masing pihak.
Contohnya pernikahan yang tanpa didasari komitmen dan kesungguhan:
Adanya kasus “MBA” yang terjadi sehingga dilakukan pernikahan sebagai alasan untuk pertanggungjawaban. Hal ini merupakan satu dari banyaknya alasan terjadi pernikahan tanpa mendasari adanya komitmen, tanpa adanya ketulusan rasa sayang dan mencintai, hingga tanpa adanya kesungguhan dalam menjalani kehidupan dengan harmonisasi sebuah keluarga.
Perceraian biasanya diajukan oleh salah satu pihak dari suami atau istri, ada pun faktor yang membuat terjadinya perceraian dalam sebuah pernikahan karena faktor keputusan yang mereka anggap sesuai untuk keadaan mereka selanjutnya.
Faktor yang mempengaruhi adanya perceraian ialah, karena usia pasangan yang masih terlalu muda seperti misalnya pernikahan pasangan remaja, kemudian adanya perbedaan RAS antar pasangan yang menjadi kendala dalam hubungan pernikahan, lalu adanya tingkat kontribusi antara satu sama lain mengenai pemenuhan kebutuhan secara ekonomi, selanjutnya adanya perbedaan profesi si istri yang lebih tinggi di banding suami yang menyebabkan timbulnya konflik dengan berbagai alasan.  
Menurut saya, perceraian terjadi bukanlah hal yang mudah untuk menjalaninya jika dalam sebuah pernikahan telah dihadiri seorang anak. Banyak kendala yang akan dialami si anak bila mengetahui bahwa ibu berpisah dengan ayah, hal ini dapat memberikan dampak yang kurang baik dalam perkembangannya. Kendala secara psikologis melalui bagaimana sang anak akan menghadapi dunianya melalui pengaruh sosial yang akan ditemuinya di masa-masa perkembangan.
Sekian ulasan ini saya sampaikan, semoga bermanfaat. Terima kasih.

“Senjata Dasar” for a Good Interviewer


     Sebagai pewawancara yang baik, ada enam “skill” yang perlu dimiliki pewawancara dalam melakukan interview dan sangat perlu diperhatikan. Adapun ke-enam kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:

Kemampuan membina rapport, kemampuan ini adalah dasar atau menjadi bagian awal yang penting dalam wawancara. Membina rapport adalah teknik yang dilakukan pewawancara untuk memberi kesan aman dan nyaman bagi subyek wawancara. Dalam hal ini, yang dilakukan seorang pewawancara adalah dengan menyambut subyek berawal dari raut wajah yang ditunjukkan oleh pewawancara. Selain menyambut dengan senyum, yang biasa kita lakukan adalah dengan berjabat tangan sambil berkata “hallo” atau “hai” dengan nada yang lembut.  Hal tersebut dapat dilakukan bersamaan sambil juga mempersilahkan subyek untuk duduk. Selain itu juga dapat dengan menanyakan melalui obrolan kecil mengenai bagaimana perjalanan menuju ke tempat wawancara dilakukan atau hal lain yang membuat subyek merasa di asingkan. Wajah kita merupakan bagian yang pertama kali memberikan kesan positif atau tidaknya seseorang dalam pertemuan pertama, naah.. berawal dari senyuman yang lembut dan tulus saat menyambut subyek adalah hal yang baik, namun bukan berarti menjadi berlebihan, jika berlebihan maka akan membuat subyek merasa risih akan sikap tersebut.
     Dalam proses wawancara, pewawancara juga harus mampu melihat karakteristik apa yang terlihat pada subyek dan memiliki data diri subyek. Pewawancara juga harus terlihat mengerti dan memahami yang terlihat dari tanggapan pewawancara tanpa terlihat sok tau, atau malah terlihat ingin tahu, sehingga membuat subyek semakin nyaman untuk bercerita dengan pewawacara. Seorang pewawancara yang baik juga tidak menunjukkan wajah yang judgemental” hal ini sangat tidak baik dalam proses perkenalan, karena akan memberikan kesan yang kurang diterima oleh subyek. Lalu jangan terlalu banyak berbicara saat subyek sedang bercerita, karena saat subyek berada dalam kesulitannya pewawancara harus siap mendengarkan keluhan dan hal yang ingin disampaikan subyek mengenai masalahnya.

Empati
     Rasa empati merupakan hal yang baik bagi pewawancara, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh subyek. Namun perlu diperhatikan, walaupun kita mau bersikap dengan memahami apa yang dirasakan oleh subyek, bukan berarti kita ikut menangis ketika subyek sedang menangis atau menjadi tertawa berlebihan saat subyek tertawa. Ketika kita memang belum pernah mengalami apa yang subyek rasakan, maka kita juga dapat mengatakan sebagai respon empati kita bahwa kita berusaha memahami apa yang subyek rasakan bila berada di posisi subyek. Hal tersebut membuat subyek merasa bahwa dirinya memang sedang didengarkan dan membuatnya merasa nyaman ketika sedang bercerita.

Attending behavior
     Pada bagian ini, hal yang penting juga diperhatikan adalah, tidak memotong pembicaraan subyek saat subyek sedang bicara. Berusaha menjadi pendengar yang baik ketika subyek bercerita, dan biarkan subyek menceritakan tentang dirinya dalam waktu yang tidak ditentukan. Sebab, dengan demikian maka kita dapat mengumpulkan data dari informasi yang disampaikan subyek. Selain menyimak pembicaraan yang disampaikan subyek, seorang pewawancara yang baik juga harus mampu melatih dirinya untuk lebih peka dan memperhatikan beberapa dimensi, anatara lain: adanya eye contact yang perlu dilakukan saat menyimak pembicaraan subyek. Eye contact juga menjadi bagian dari respon empati kita terhadap subyek, kemudian adanya vocal qualities yaitu nada dan kecepatan bicara yang sangat perlu diperhatikan agar subyek tidak tersinggung atas sikap kita. Selanjutnya yaitu Verbal Tracking, tidak mengubah tujuan pembicaraan yang sudah ditetapkan sejak awal sehingga membuat kita sebagai pewawancara memilih pertanyaan agar tetap pada tujuan yng sudah ditetapkan. Selain itu adanya body language, hal yang perlu diperhatikan adalah, subyek tidak berada ditemoat duduk yang jauh dari pewawancara agar dapat bercerita dengan jelas. Body language dilakukan dengan hal-hal yang terhindar dari gaya melipat tangan, menopang dagu diatas meja, dan melipat tangan kemudian ditaruh ke bagian perut sehingga terlihat sudah lelah dan tidak mendengarkan subyek saat bicara.

Teknik bertanya
     Teknik ini terdiri dari dua: yaitu close question dan open question. Kedua teknik tersebut memberikan kegunaan masing-masing, yaitu dengan open question kita dapat menerima data yang lebih lengkap saat kita benar-benar konsentrasi menghadapi hal pembebasan ekspresi perasaan. Hal ini tidak membuat kita menjadi ingin tahu lebih dengan bertanya secara berulang kali. Selain adanya open question, ada pula yang disebut dengan close question. Close question dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang hanya dapat dijawab misalnya dengan jawaban “iya” atau “tidak”. Pertanyaan dengan menggunakan close question ini merupakan teknik yang bersifat mengarahkan.

Keterampilan observasi
Sedangkan keterampilan ini adalah pendamping yang sama pentingnya dengan teknik wawancara. Hal lain yang dilakukan pewawancara selain memberikan pertanyaan ialah mengobservasi, melihat apa yang terjadi kepada subyek selama proses wawancara dan menjadi bagian dari data.
Observasi dilakukan dengan berfokus pada tiga area, antara lain:
Adanya  perilaku non verbal, yaitu seperti adanya ekspresi wajah yang memperlihatkan ketidak sukaan mengenai cerita atau apa yang dilihat pewawancara. Selain dengan ekspresi wajah terdapat juga jenis-jenisnya seperti alis yang di naikkan, bibir menganga dan hal lainnya.
Selanjutnya bahasa tubuh
Pewawancara harus memperhatikan bagaimana subyek merasa tenang atau tidak selama duduk, menggaruk-garuk kepala misalnya, dan tidak memandang secara sereotype.
Perilaku verbal
Perilaku ini terlihat dari bagaimana pewawancar amendengarkan subyek saat bercerita sehingga hanya dapat mengatakan “heemm”.. “ooow”.., “ya”.. “lalu”? dll. Selain itu juga pewawancara harus berhasil memperbaiki bahasa dengan penyampaian yang kurang pas. Kemudian mengambil dan menyebutkan kembali dengan kata terakhirnya sehingga subyek meras didengarkan dengan juga diperbaharui melalui modelnya.

Active listening, terdiri dari:
Sebagai pewawancara yang baik pastinya mendasari bagaimana mendengarkan seseorang berbicara saat melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan dengan memberikan dukungan dari bagaimana posisi tubuh kita dan fokus kita dalam mendengarkan subyek tanpa berpangku tangan. Hal tersebut harus dihindari agar tidak menimbulkan dampak negatif dari subyek mengenai pewawancara. Pewawancara juga harus memberikan semacam klarilikasi dengan bentuk parafrase mengenai cerita subyek agar terkesan menyimak dengan baik, namun bukan dengan cara paroting atau “mem-beo”
hal tersebut memberikan kesan yang tidak mengenakan. Selanjutnya diikuti dengan m
enyimpulkan apa yang dikatakan subyak dengan baik dan pengulangan yang tepat.
Memang bukan hal yang mudah bila mendengarkan seseorang berbicara, namun hal tersebut menjadi bagian yang juga penting dalam menggali dan mendapatkan informasi mengenai subyek ataupub topik yang sedang dibicarakan subyek.
Pada saat kelas teknik wawancara, diadakan roleplay yang sangat berkesan yaitu dengan memposisikan diri berhadapan dengan teman sebelah saat berada di kelas. Saya dan sebagian teman2 yang lainnya diminta untuk bercerita namun tidak didengarkan oleh teman bicara saya begitupun sebaliknya. Hal tersebut memberikan kesan yang sangat tidak mengenakkan, karena saat kita berbicara teman sebelah kita diminta untuk sibuk sendiri.
Maka,jika anda ingin di dengarkan anda harus terlebih dahulu mendengarkan orang lain dengan baik :)
Sekian uraian ini saya sampaikan, semoga bermanfaat. Terima kasih.

Pertemuan atau Perpisahan?

      Manusia yang sudah menjalani kehidupannya pada fase “dewasa” pasti memiliki pemahaman dan konsep pencapaian dalam tujuan hidup yang realistis dalam menikmati kehidupan. Banyak yang mampu mereka pikirkan, dari bagaimana mereka menjalani kehidupannya melalui masa lalu, kemudian meneruskan kehidupannya dimasa sekarang, hingga dimasa yang akan datang. Tugas dan tuntutan pun semakin bertambah yaitu dibentuk dengan adanya gambaran atas impian, cita-cita, keinginan dan pencapaiannya untuk masa depan. Tuntutan tersebut berasal dari dalam diri dan lingkungan sosialnya. Setelah itu, setiap orang pun pastinya menginginkan untuk menemukan seorang pasangan yang sesuai dengan dirinya, kemudian menuju Pernikahan, setelah itu memiliki sebuah keluarga baru selain orang tua yang telah merawat sejak berada dalam fase prenatal hingga individu menjadi seorang yang mandiri, bijaksana dan dewasa.
     Pernikahan adalah, seorang pria dengan seorang wanita bersatu dalam ikatan perkawinan untuk menatap masa depan dengan menata kebahagiaan. Cinta adalah anugerah yang diterima setiap kita manusia untuk dapat saling mengisi dan menjagai, dengan begitu kita bisa menjalani kehidupan dengan hati yang penuh dengan perasaan yang berbunga-bunga. Tanpa cinta pernikahan tidak menjadi sebuah anugerah, karena tak memahami artinya menjagai dan menghargai pasangan dengan ketulusan hati. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kehidupan yang baru bersama pasangan, pernikahan biasanya diikatkan dengan perjanjian pernikahan (biasanya dengan dasar aturan agama dan adat istiadat) yang dilakukan sebagai ritual untuk menyatukan dan men-sahkan pasangan untuk hidup bersama.
     Setelah adanya Pernikahan, pastinya setiap pasangan menginginkan seorang anak ditengah-tengah mereka. Pencapaian itu salah satunya adalah dengan “beregenerasi” melalui Pernikahan untuk sebuah keluarga yang baru. Memiliki anak, membesarkan anak hingga dewasa dengan curahan kasih sayang yang mereka miliki beserta penuh dengan adanya tanggung jawab.      
Namun, pernikahan bukanlah hal yang sulit dan bukan pula hal yang mudah untuk dijalani. Mengapa demikian? Karena selain kebahagiaan, banyak pula perkara dan kendala yang memang harus dihadapi dengan mempertahankan komitmen sejak pernikahan berlangsung. Setiap orang pun punya prinsip yang berbeda dalam menghadapi masalah, memiliki cara yang berbeda pula dalam mengatasi pertentangan. Naaah, jika keutuhan komitmen tersebut tidak dapat dipertahankan, makaaa.. pilihan yang biasanya dipilih oleh pasangan yaitu, antara perceraian atau “kembali rujuk”.
Terlalu “simple” memang jika dengan pernyataan perceraian atau rujuk, karena pernikahan bukanlah hal yang “simple” melainkan hal yang“kompleks”.
     Kemudian, pernikahan memang dapat berlangsung dengan berbagai alasan.  Dari mereka memang saling mencintai, berkomitmen, dan memutuskan dengan sungguh untuk menempuh kehidupan baru melalui pernikahan dengan membentuk keluarga, hingga seperti kasus-kasus yang sering terdengar di nikahi tanpa adanya komitmen dengan kesungguhan tanpa berlandaskan keputusan yang sungguh-sungguh dibuat oleh masing-masing pihak.
Contohnya pernikahan yang tanpa didasari komitmen dan kesungguhan:
Adanya kasus “MBA” yang terjadi sehingga dilakukan pernikahan sebagai alasan untuk pertanggungjawaban. Hal ini merupakan satu dari banyaknya alasan terjadi pernikahan tanpa mendasari adanya komitmen, tanpa adanya ketulusan rasa sayang dan mencintai, hingga tanpa adanya kesungguhan dalam menjalani kehidupan dengan harmonisasi sebuah keluarga.
Perceraian biasanya diajukan oleh salah satu pihak dari suami atau istri, ada pun faktor yang membuat terjadinya perceraian dalam sebuah pernikahan karena faktor keputusan yang mereka anggap sesuai untuk keadaan mereka selanjutnya.
     Faktor yang mempengaruhi adanya perceraian ialah, karena usia pasangan yang masih terlalu muda seperti misalnya pernikahan pasangan remaja, kemudian adanya perbedaan RAS antar pasangan yang menjadi kendala dalam hubungan pernikahan, lalu adanya tingkat kontribusi antara satu sama lain mengenai pemenuhan kebutuhan secara ekonomi, selanjutnya adanya perbedaan profesi si istri yang lebih tinggi di banding suami yang menyebabkan timbulnya konflik dengan berbagai alasan.  
     Menurut saya, perceraian terjadi bukanlah hal yang mudah untuk menjalaninya jika dalam sebuah pernikahan telah dihadiri seorang anak. Banyak kendala yang akan dialami si anak bila mengetahui bahwa ibu berpisah dengan ayah, hal ini dapat memberikan dampak yang kurang baik dalam perkembangannya. Kendala secara psikologis melalui bagaimana sang anak akan menghadapi dunianya melalui pengaruh sosial yang akan ditemuinya di masa-masa perkembangan.
Setiap manusia menginginkan untuk dapat meraih cinta dan cita sesuai harapannya, namun terkadang kita kurang menyadari bahwa kehidupan kita ini adalah sebagai pemberian yang harus disyukuri. Rasa syukur yang membuat kita menjadi seorang yang mau menghargai, mencintai, memperdulikan serta bertanggung jawab.

sekian ulasan ini saya sampaikan, mohon maaf jika ada salah kata dan semoga bermanfaat. terima kasih :)

Rabu, 13 Maret 2013

ketertarikan (adanya penilaian, keinginan, pencapaian) antara Pria dan Wanita


Dalam kuliah perilaku seksual di minggu lalu, terdapat pembahasan melalui film mengenai adanya ketertarikan secara seksual yang muncul dari pria terhadap wanita, maupun ketertarikan wanita terhadap pria.
Banyak orang mengatakan, “dari mata turun ke hati” ungkapan yang mengandung banyak arti. Pengungkapan tersebut juga bukan hanya di rasakan ataupun dikatakan oleh seorang pria, melainkan wanita juga. Dalam pembahasan kali ini, saya ingin menyampaikan bahwa terdapat beragam jenis faktor bagaimana seseorang dapat tertarik dengan lawan jenisnya.
Pertama, adanya ketertarikan yang timbul bermula dari fisik yang terlihat. Sebagian besar, seorang pria menyukai seorang wanita yang terlihat feminim dalam berpenampilan. Bisa juga terlihat dari bentuk tubuh misalnya, secara menyeluruh dari bentuk tubuh yang langsing, kulit yang putih, tinggi badan, berat badan,bentuk pinggul yang ramping. Selain itu, secara spesifik juga seorang pria kebanyakan menyukai wanita dengan bentuk wajah yang simetris, mungkin dengan seperti itu terlihat bahwa wanita tersebut menjaga bentuk tubuhnya sebaik mungkin. Selain itu juga ketertarikan timbul dari bagaimana cara berjalan seorang pria yang terlihat oleh wanita, dan juga macam-macam gaya gerak pria saat melakukan aktivitas.
Begitupun dengan ketertarikan seorang wanita terhadap pria secara fisik, kebanyakan wanita menyukai seorang pria yang terlihat maskulin dalam berpenampilan. Terlihat dari bentuk tubuhnya yang tegap, warna kulit, tinggi dan berat badan yang sesuai. Bukan hanya wanita yang tertarik melihat cara berjalan maupun gaya gerak pria, pria pun kebanyakan menemukan daya darik wanita melalui cara berjalan dan gaya gerak wanita saat melakukan aktivitas.
Selain bentuk fisik, dari aroma atau bau badan seseorang pun dapat membuat pria tertarik dengan wanita, begitupun sebaliknya. Hal ini muncul karna adanya ransangan dari indra penciuman yang menstimulasi otak sehingga berpengaruh dari ketertarikan seseorang secara seksual. Pastinya hal ini terjadi adalah alamiah atau normal, karena hal ini memang dialami oleh kebanyakan orang dan merupakan bagian yang menarik.
Hal-hal tersebut biasanya muncul pada individu yang masih berusia muda, bisa dikatakan muncul pada masa-masa muda maupun belia. Hal ini timbul dari faktor hormon yang terdapat dalam diri seseorang sehingga memunculkan adanya ketertarikan secara seksual. Faktor hormone tersebut adalah hormon endogren yang dimiliki wanita, dan hormon tetosterone yang dimiliki oleh pria.
Hal tersebut dilakukan oleh seorang pria kepada wanita ataupun sebaliknya adalah hal yang wajar, faktor-faktor tersebut adalah cara seseorang untuk meningkatkan daya tariknya untuk menemukan atau mencari pasangan yang sesuai dengan yang diinginkan. Namun, bukan berarti seorang yang sudah memiliki pasangan sekalipun tidak lagi mengalami adanya ketertarikan seksual.
Hal yang juga menjadi bagian dari ketertarikan seksual adalah, status sosial dan ekonomi. Banyak juga seorang pria ataupun wanita yang tidak lupa melihat keadaan status dan ekonomi seseorang dalam menentukan pasangan. Bisa juga dikatakan para wanita lebih melihat bagaimana seorang laki-laki dengan keadaan status ekonomi yang memadai atau kurang memadai, hal tersebut adalah wajar adanya. Setiap orang berpasangan yang bertujuan untuk beregenerasi, hal ini adalah salah satu faktor pendukung adanya evolusi yang baik dalam kebutuhan secara realita dalam perjalanan hidup.  
Setiap orang pasti memiliki kriteria tersendiri yang dimiliki dalam memilih pasangan, namun faktor-faktor yang diatas tidak serta merta menunjukkan bagaimana seseorang memilih pasangan hanya pada bentuk saja, melainkan dari bagaimana hati itu mampu mencakup berbagai aspek yang ada pada diri individu tersebut.
Setiap orang juga membutuhkan adanya cinta, kasih sayang, kenyamanan dan perlindungan. Hal ini memberikan kelengkapan yang menunjang seseorang dalam memilih pasangan dan beregenerasi untuk meneruskan kehidupannya. Jadi, ketertarikan pastinya ada dan dimiliki setiap orang melalui apa yang dapat terlihat secara bentuk, namun kebutuhan terutama dalam sebuah hubungan adalah bagaimana pasangan tersebut mampu mencintai dengan kata “walaupun”, sehingga adanya toleransi, pemahaman, tujuan, dan keadaan yang memungkinkan membuat seorang wanita dan pria mampu saling melengkapi.
Sekian blog perilaku seksual ini saya uraikan, maaf bila ada salah-salah kata. Semoga bermanfaat. God bless.

Venny Martha/705100024

Selasa, 12 Maret 2013

Psikolog PIO dan Psikolog Pendidikan dengan Teknik Wawancara


     Bagi saya, dunia Psikologi adalah ranah pekerjaan yang luas dan menarik. Seperti topik yang saya bahas sebelumnya mengenai Psikolog Klinis dan Dewasa, saat ini saya akan membahas kembali dua bidang Psikologi yang dipakai dalam bidang-bidang yang penting bagi kebutuhan seseorang maupun kelompok. Hal ini terlihat bahwa psikologi mampu menjalankan fungsinya tentang bagaimana psikologi dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi dunia secara global baik dalam kehidupan sehari-hari.
     Profesi di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, adalah bidang Psikologi yang memberikan konsep mengenai penerapan psikologi dalam dunia Industri dan organisasi. Hal ini terlihat dari adanya aplikasi melalui proses penerimaan karyawan,  yaitu adanya seleksi agar menemukan seseorang atau lebih yang siap untuk  berkontribusi lebih serta melihat kesungguhan individu melalui kepribadian maupun kompetensi yang dimiliki bagi dunia Industri dan organisasi.
Sedangkan, Profesi Psikolog Pendidikan, adalah bidang yang memberikan penerapan psikologi dalam berbagai aspek, yaitu: pemberian program pendidikan, administrasi maupun konseling bagi para guru maupun para murid di sebuah sekolah.
Pada pembahasan kali ini, saya masih akan tetap mengkaitkan bagaimana bidang tersebut melakukan atau mengaplikasikan proses wawancara dalam prosedur yang ditetapkan baik oleh perusahaan maupun tempat pendidikan tertentu.
     Dalam perkuliahan teknik wawancara, presentasi dilakukan oeh beberapa kelompok yang membahas mengenai hasil wawancara mereka mengenai teknik wawancara bagi para profesi dibagian PIO. bahasan tersebut dimulai mengenai bagaimana pengertian teknik wawancara oleh profesi di bidang PIO. Beberapa kelompok presentasi menyampaikan hasil wawancara tersebut dengan menjelaskan bahwa, pengertian dari wawancara adalah kegiatan tanya jawab dalam proses penggalian informasi yang bertujuan untuk merekrut, menyeleksi dan juga bertujuan untuk mengontrol atau memonitori aktifitas pekerjaan para karyawan atau pekerja dalam sebuah perusahaan. Biasanya didalam perusahaan, mereka berada di bagian HRD.
     Teknik wawancara dapat dikatakan memiliki kelebihan dalam proses seleksi calon karyawan ataupun monitoring karyawan yang dilakukan oleh HRD, yaitu dapat mengetahui bagaimana individu terlihat sesuai atau tidak dengan bidang yang diinginkan perusahaan, serta dapat mengetahui bagaimana individu dengan kemampuan dan kepribadian secara garis besar melalui tutur kata. Selain itu juga dapat melakukan Probing, atau mempertanyakan lebih mengenai informasi yang butuh diketahui lebih, kemudian juga dapat menghindari adanya Hallo Effect, yaitu mampu mempersepsikan individu bukan hanya dari penampilannya saja.  Namun proses wawancara ini dilakukan juga bukan semata-mata menjadi proses yang paling “valid”, melainkan terdapat pula kekurangan dalam proses wawancara tersebut. Misalnya bila individu tersebut seorang yang pandai “memanipulasi kata” atau berbohong dalam penggalian informasi pada proses wawancara.
Dalam hal ini, terdapat juga bagian penting yang harus diketahui. Bahwa, seorang HRD yang tidak memiliki “basic” psikologi sekalipun bisa dikatakan menjadi seorang yang lebih intuitif karena lebih sering bertemu dan menghadapi pribadi seseorang karena terlatih melalui pengalaman “interview” pada jabatannya sebagai seorang HRD. Banyak orang berkata, pengalaman adalah “guru” yang paling berharga. Kalimat yang sederhana, artinya lebih mempengaruhi seseorang untuk menghargai dan membuat individu untuk tetap belajar dari setiap waktu dan kesempatan, serta memiliki pengertian yang positif dan berarti lebih.  
Namun bukan berarti dalam proses-proses yang dilakukan hanya melalui wawancara saja, melainkan dengan psikotes atau dengan tes kompetensi bidang-bidang tertentu dan juga dengan observasi (hampir sama dengan prosedur yang dilakukan para Psikolog Klinis dalam penanganannya).
     Sedangkan Psikologi Pendidikan, teknik wawancara memiliki pengertian untuk mengumpulkan data atau informasi dalam proses aplikasi pekerjaan.
     Mungkin disetiap sekolah, seorang Psikolog pendidikan ini memiliki peran masing-masing yang cukup berbeda. Pada presentasi kelompok diketahui bahwa terdapat seorang yang bergelut di bidan konseling para murid/siswa di sebuah program konseling dalam suatu lembaga. Hal ini berhubungan mengenai penanganan secara klinis terhadap kondisi psikologis seorang murid/siswa. Wawancara dilakukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan dalam penanganan masalah-masalah siswa.
     Guru Bimbingan Konseling juga menjadi bagian dalam pekerjaan dengan menangani masalah-masalah yang dialami murid secara psikologis. Kendala yang dialami dalam proses pemberian informasi dapat digambarkan saat seorang Guru BK (Bimbingan Konseling) bertemu dengan seorang murid yang dianggap mengalami masalah, namun tidak mudah untuk menyampaikan pada guru dan merasa kesulitan untuk bercerita, ataupun memang kurang membangun citra dirinya di hadapan para murid. Hal ini membuat seorang Guru BK tersebut harus mengetahui, bagaimana menjadi seorang yang dapat diterima oleh para murid dengan menjadi guru yang siap melakukan pendekatan dengan siswa secara positif, tidak memihak dalam bertindak dengan setiap murid, membuat murid merasa nyaman dan lain sebagainya.  
Selain itu terdapat pula tugas seorang guru BK di salah satu sekolah yang melakukan seleksi dengan mengaplikasikan teknik wawancara, observasi dan tes psikologis maupun tes pengetahuan umum dengan beberapa mata pelajaran untuk mengetahui kompetensi calon siswa. Proses ini dilakukan secara bertahap dan bertujuan untuk “menyaring” siswa-siswa yang berkompeten dan sesuai dengan prosedur dalam perencanaan program pendidikan di sekolah tersebut. 
sekian pembahasan ini saya uraikan, semoga bermanfaat, Terimakasih :) 

Selasa, 05 Maret 2013

Homoseksual : Manusia Biasa : )


Perilaku seksual,
     Dalam pembahasannya, materi homoseksual menjadi bagian yang fenomenal. Banyak fakta yang kita ketahui mengenai fenomena sosial tersebut. Homoseksual memiliki pengertian yang secara sederhana dapat dikatakan adanya ketertarikat terhadap sesama jenis. Nah.. homoseksual tidak hanya dialami pasangan laki-laki saja, namun juga dialami oleh pasangan perempuan. Seorang laki-laki dengan ketertarikan laki-laki disebut Gay, sedangkan seorang perempuan dengan ketertarikan kepada sesama perempuan maka disebut lesbian. Namun berbeda halnya dengan seseorang yang mengalami perilaku seksual dimana merasa tertarik dengan lawan jenis, maupun sesama jenis, dan biasa di sebut biseksual.
Hal ini menjadi salah satu bagian dimana adanya perbedaan atau pertentangan perilaku seksual yang terjadi dan dianggap melanggar norma agama maupun norma masyarakat pada umumnya. Kehidupan bermasyarakat memang dapat saja terjadi adanya pertentangan antara individu.
     
     Homoseksual menjadi kaum yang bertentangan bagi para heteroseksual, hal ini terlihat dengan adanya pertentangan yang terlihat bila adanya penolakan masyarakat dan ditunjukan dengan membatasi hak-hak para homoseksual dalam melakukan kehidupannya. Contohnya, kaum homoseksual tidak diperkenankan untuk menikah dibandingkan kaum heteroseksual. Karena masyarakat menganggap bahwa kaum homoseksual adalah orang-orang yang berbeda dan dianggap tidak sesuai dengan norma sosial yang telah diketahui masyarakat sebelumnya. Dalam hal ini, kaum homoseksual dapat menemukan berbagai penolakan. Namun bagaimanapun kaum homoseksual memanglah hanya manusia biasa, homoseksual adalah pilihan hidup yang mereka pilih dan ingin mereka jalani. Beberapa dari mereka mungkin merasa bahwa hal tersebut tidak pernah ingin mereka alami, namun sebagian lainnya menganggap bahwa mereka sudah berada di situasi yang membuat mereka nyaman ketika menjadi kaum homoseksual. Pandangan masyarakat pastinya bisa saja berbeda-beda dan memberikan sikap pro-dan kontra terhadap bagamaimana nemerima keadaan kaum homoseksual.
     Dengan semakin berkembangnya zaman, diketahui bahwa perilaku homoseksual tidak lagi menjadi simptom yang abnormal. Hal ini diketahui ketika adanya penghapusan di buku DSMVI-TR. Hal tersebut terjadi karena fenomena yang terlihat bahwa kaum homoseksualn mau mengeksplorasikan diri agar masyarakat dapat menerima mereka sebagai bagian dari masyarakat pada umumnya.
Faktanya, terdapat pula beberapa negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis atau kaum homoseksual, hal tersebut terlihat bahwa kaum homoseksual juga tidak menjadi kaum yang terasing di negara tersebut.
     
     Sedikit saya bagikan pengalaman saya ketika bertemu dengan kaum homoseksual,
Saya pribadi pernah bertemu secara tidak sengaja dengan seorang wanita yang sedang duduk dan berada di belakang saya. Dikala itu, saya dengan sepupu laki-laki saya sedang berada disebuah tempat makan di daerah bandung. Saat kami sedang makan, saya melihat ada seorang wanita di belakang saya sedang memberikan senyuman ketika saya menoleh kearah belakang. Posisi duduk wanita tersebut berhadapan dengan sepupu laki-laki saya. Namun, beberapa lama saat saya dan sepupu saya sedang menyantap makanan, sepupu laki-laki saya segera menarik dan mengajak saya pergi. Saya heran dan bertanya kepada sepupu saya, mengapa harus beranjak padahal makanan belum selesai disantap. Sepupu saya mengatakan bahwa, ketika saya berada membelakangi wanita yang berada di belakang saya, wanita tersebut meminta sepupu saya untuk mengenali saya dengannya. Lalu, sepupu saya memberi tahu bahwa wanita tersebut ingin berkenalan dan tertarik dengan melihat saya.  Ia khawatir bila saya menjadi objek yang ingin di incar olehnya, karna ia tahu bahwa wanita tersebut seorang homoseksual.
     
     Dalam kasus ini, saya menganggap bahwa seorang homoseksual pun tanpa kita duga bisa jadi berada di sekitar kita. Namun saya memang menyadari bahwa keberadaan kaum homoseksual menjadi hal yang dianggap berbeda.  Ketika itu saya memang tidak mengetahui bahwa wanita tersebut seorang homoseksual, namun adalah lebih baik jika kita dapat memberikan respon postif juga, agar mereka dapat dianggap tidak adanya diskriminasi yang terjadi antara kaum homoseksual dengan kaum heteroseksual. Selain itu memberikan pandangan adanya perbedaan perilaku seksual yang terjadi antara kaum homoseksual dengan kaum heteroseksual J
Sekian uraian yang dapat saya tuliskan mengenai homoseksual, semoga bermanfaat.

Psikolog dan Wawancara


Review teknik wawancara: 

Psikolog Anak dan Psikolog Dewasa


Pada kesempatan kali ini, saya ingin menuangkan review yang saya dapat pada kelas teknik wawancara yang saya dapatkan. dari hasil wawancara yang di presentasikan beberapa kelompok, terdapat beberapa pembahasan yang mengangkat topik mengenai wawancara yang dipergunakan menjadi bagian dari “pekerjaannya”. Kelompok membahas topik yang antara lain mengenai hasil wawancara terhadap psikolog Anak dan psikolog Dewasa.
     Dalam pembahasan mengenai apa yang dihadapi seorang psikolog dalam menangani “klien”, merupakan bagian penting yang perlu diketahui dan diperhatikan yaitu bagaimana wawancara itu sendiri menjadi bagian penting. Pada pembahasan minggu lalu, beberapa kelompok membahas mengenai hasil wawancara mereka kepada psikolog anak dan beberapa kelompok membahas hasil wawancara mereka kepada psikolog dewasa. Apa saja yang di hasilkan dari wawancara tersebut?
     Mengenai hasil review wawancara psikolog anak, terdapat berbagai point penting yang disampaikan oleh beberapa kelompok mengenai pengertian, serta penerapan wawancara kepada anak J
     Terdapat pengertian mengenai wawancara menurut psikolog anak maupun menurut psikolog orang dewasa, namun yang berhasil dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut; pengertian wawancara adalah suatu metode, teknik dan cara yang di lakukan dengan tanya jawab untuk dapat mengetahui atau menggali informasi mengenai seseorang.
Wawancara juga menjadi bagian yang diberikan bukan hanya kepada “klien” atau si anak, melainkan kepada orang tua baik ibu si anak, kepada pengasuh, maupun kepada guru yang mendidik selain keluarga terdekat si anak. Maka dengan mewawancarai pihak lain, dapat membantu dan menjadi bagian dari pemberi informasi yang baik untuk pemenuhan data kepada psikolog tersebut.
     Menurut review pada presentasi kelompok minggu lalu, penerapan wawancara dilakukan untuk mengadakan adanya pembinaan “raport” kepada orang tua si anak terutama, agar orang tua pun turut memahami apa yang terjadi atau mengetahui mengenai apa yang menjadi kendala bagi anaknya. Pembinaan raport juga menjadi bagian dimana wawancara dilakukan dengan tanpa adanya “rasa segan” atau menjadikan sesi tersebut membuat orang tua dapat merasa yakin dan nyaman ketika berkomunikasi dengan psikolog. hal ini pun perlu dalam membangun hubungan yang baik dan meyakinkan bagi orang tua si anak.
Pembinaan raport dengan orang tua menjadi langkah awal, penerapan selanjutnya juga harus dilakukan dengan membina raport kepada si anak. Melakukan pendekatan kepada si anak juga memerlukan waktu, tenaga yang cukup dan rasa nyaman pada ruangan yang perlu dimaksimalkan agar anak mau untuk memberikan informasi kepada psikolog. Seperti yang kita ketahui pada masanya, anak-anak lebih menginginkan hal-hal yang menarik yaitu dengan bermain. 
     Menurut hasil dari wawancara kelompok mengenai bagaimana penggunaan wawancara, sangat diperlukan adanya fasilitas yang mendukung bagi si anak. Anak masih harus membangun rasa percaya kepada orang yang dianggapnya asing, sehingga dibutuhkan waktu dan tenaga untuk terus menuntun, mengawasi perilaku si anak yang di terapkan Psikolog kepada anak, dalam halnya saat-saat tersebut adalah ketika anak  membutuhkan waktu untuk bermain terlebih dahulu. Pemenuhan tersebut perlu dilakukan dengan adanya fasilitas yang mendukung. Misalnya dengan ruangan yang luas seperti adanya ruang bermain bagi anak dan cukup untuk membuat anak nyaman berada diruangan tersebut, kemudian adanya beberapa jenis mainan seperti boneka dan lain sebagainya. Maka, dengan demikian anak akan mau melakukan wawancara karena merasa adanya kedekatan, dan dengan melakukan adanya pembawaan yang ringan sehingga anak mampu memberikan informasi secara mendalam.
Berbeda halnya dengan seorang Psikolog yang menangani orang dewasa, hal ini jauh berbeda ketika seorang Psikolog anak menangani klien seorang anak. Pada umumnya, seorang psikolog dewasa lebih mampu membina raport langsung secara personal kepada klien dengan menanyakan dan membawakan topik yang sesuai tanpa perlu menuangkan perhatian seperti menghadapi anak yang harus menerima rasa kepercayaan si anak kepada psikolog.
     Penerapan wawancara kepada seorang klien dewasa juga membutuhkan tuntunan, tuntunan tersebut mengenai adanya teknik wawancara itu sendiri. Adanya teknik wawancara terstruktur membuat proses wawancara menjadi baik, namun adakalanya seorang Psikolog menemukan seorang klien yang memang tidak menjadikan teknik wawancara secara terstruktur. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi klien tersebut yang membuat psikolog juga harus “pintar-pintar” dalam memilih pertanyaan yang sesuai dengan topik walaupun kurang terstruktur.
Hal ini juga berhubungan dengan bagaimana seorang psikolog mampu menentukan fokus pada topik yang perlu di jadikan bahan tanya jawab atau menjadi hal yang penting untuk dibahas mengenai kendala yang dihadapi klien. Adanya alur pada sebuah wawancara terkadang menjadi kendala bagi Psikolog, yaitu ketika seseorang yang memiliki gejala Skizofrenia berarti bukanlah hal yang tepat jika seorang pewawancara mengikuti alur dari pembicaraan si klien tersebut. Pembicaraan memang membutuhkan alur agar proses wawancara tidak terlepas dari topik pembahasan yang ingin diketahui. Hal tersebut perlu diperhatikan agar sebagai pewawancara, kita perlu menjadi bijak dalam “memotori” proses wawancara untuk mendapatkan informasi dan data yang sesuai. Selanjutnya,
Pada review kali ini, dapat di ketahui pula bahwa adanya wawancara bukanlah satu-satunya metode yang penting untuk diterapkan kepada klien. Namun dibutuhkan pula metode yang penting juga dalam penanganan klien, yaitu; observasi (dapat dilakukan secara bersamaan dengan wawancara), psikotest (tes psikologi yang sesuai dengan kebutuhan klien). Psikotes lebih mudah dilakukan oleh klien dewasa, karena klien sudah mampu meresponi dan menjawab dari kemampuan berfikir dan daya tangkap. Selain dengan wawancara, Psikolog juga harus memanfaatkan waktu yang ada dengan melakukan observasi saat wawancara. Contohnya kepada seorang klien anak yang aktif secara motorik, hal ini menjadi bagian penting dimana data dapat diperoleh melalui observasi. Selanjutnya, psikotes berguna untuk menegakkan diagnosa bagi klien dalam melakukan terapi pada tahapan yang diterapkan Psikolog tersebut.
     Selain itu, dalam hasil review saya mengambil bagian penting bagaimana seorang wawancara dengan “bekal” yang mendasar dan harus ditanamkan bagi pewawancara terutama seorang psikolog. yaitu dibutuhkannya rasa percaya diri yang baik dan menerima pengalaman-pengalaman baru bagi dirinya dalam melatih dan memperbaiki metode maupun teknik yang harus diterapkannya dalam pekerjaannya sebagai psikolog.